Surat Cinta untuk Hamba
Manusia
diciptakan dalam sebaik-baik bentuk. Manusia merupakan manifestasi
keagungan-Nya dalam salah satu bentuk ciptaan. Namun tak banyak dari kita
menyadari hal itu. Semua seakan terlena dan terbuai oleh gemerlap dunia ini. Status
hamba sekaligus khalifah di muka bumi tak lagi menjadi tuntunan yang dilakukan
dengan sepenuh hati. Seolah itu menjadi tututan yang mengekang kebebasan
bergerak dengan leluasa.
Kita
mungkin tahu bahwa Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Namun tak banyak
yang mengetahui esensi sebenarnya. Ditegakkannya Islam di muka bumi bukan
merupakan hal yang mengekang. Islam mengatur segala hubungan makhluk di muka
bumi yang indah ini. Bahkan dengan hewan dan tumbuhan pun kita harus berlaku
adil. Sedemikian rupa Islam menjaga hubungan antarmakhluk-Nya.
Namun
mengapa kita masih enggan melaksanakan perintah-Nya di muka bumi ini ? Apa hal
yang menjadi diri kita takut tidak mendapatkan dunia hanya karena meninggalkan
sesuatu yang tidak baik di hadapan-Nya ? Tidak semua di dunia ini menjadi
sesuatu hal yang baik bagi kita. Ada saatnya Rabb menguji kita dengan gemerlap
dunia. Untuk menguji seberapa tinggi tingkatan iman pada diri ini. Cobaan dan
ujian silih berganti menghampiri. Menguji diri dan batin untuk tetap kokoh
dalam balutan takwa.
Kita
hanya manusia biasa yang diuji dengan segelintir ujian yang mungkin tidak
sebanding dengan seorang yang mulia, yaitu Nabi Ayyub a.s. yang diuji oleh
Allah Swt. dengan cobaan yang amat begitu berat. Beliau tetap tegar dan optimis
dalam menjalani hari-harinya. Ia tidak hanya sabar dalam menghadapi
hari-harinya, tetapi tetap senantiasa memanggil Rabbnya dan mengakuinya sebagai
Dzat Yang Maha Pengasih. Keteguhan Hati Nabi Ayyub a.s. terekam dalam Q.S
Al-Anbiya [21] : 83-85 :
“Dan
(ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya:’(Ya Tuhanku) sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di
antara semua penyayang’. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami
lenyapkan penyakit yang ada padanya dan kami kembalikan keluarganya kepadanya,
dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. Dan (ingatlah
kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang
sabar.”
Namun
demikian, dalam hal cobaan penyakit ini, kita juga harus menjaga kesehatan
kita. Allah Swt. tidak menghendaki kita untuk merusak tubuh dengan
makan-makanan yang tidak baik. Sebagaimana yang tertulis dalam Q.S Al-Mu’minun
[23] : 511 :
“Hai
rasul-rasul. Makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang
saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Allah
mengetahui semua yang kita lakukan. Dan hal ini dapat menumbuhkan mawas diri dalam
diri kita. Menjaga diri kita dari perbuatan-perbuatan yang mengandung murka
Allah Swt. Karena ketahuilah saudaraku, bahwa kita hidup di dunia ini hanya
sementara. Apa yang kita lakukan hanyalah sebagai ladang untuk menyemai amal
demi kehidupan yang kekal kelak di dalam akhirat. Tipu daya setan yang bisa
mempengaruhi kita, memperdaya kita hanyalah semua. Setan akan selalu berusaha
untuk menggoda kita untuk bersama dengannya di neraka yang kekal. Memperindah
dan menghalalkan apa yang seharusnya diharamkan oleh Allah Swt. Kesenangan yang
menipu membuat kita buta dan terbiasa untuk melanggar hukum-hukum Allah Swt.
Hal ini dijelaskan dalam Q.S Al-Hadid [57] : 20 yang artinya :
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang taman-tamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan hancur. Dan di akhirat (nanti
ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Oleh
karena itu, saudaraku, kita sebagai penuntut ilmu adalah berjuang di jalan
jihad. Godaan kesenangan duniawi dalam belajar sering kita temui. Cobaan dalam
belajar juga sering kita temui. Perasaan yang sedih, kesal, senang, marah juga
sering kita lalui. Yang harus kita yakini bahwa Allah Swt. akan meridhai jalan
yang kita tempuh. Jangan terlena oleh kesenangan sesaat. Tetap berusaha dan
berserah diri. Apapun yang terjadi pada diri kita adalah atas izin Allah Swt.
Teguran adalah tanda bahwa Allah Swt. rindu dengan rintihan kita dalam berdo’a
pada-Nya. Dan kebahagiaan dan kemudahan adalah penghargaan untuk kita.
Tetap
positif dan semangat membangun peradaban Islam dengan Iman. Hamasah
Komentar
Posting Komentar