Muhasabah
Semoga kalian
selalu dalam lindungan Allah...
Kali
ini aku ingin bercerita tentang buku yang ku baca kemarin. Buku ini ditulis
oleh Mbak Oki Setiana Dewi dengan judul ‘Sebentang Kearifan dari Barat’ 2018
lalu. Buku ini banyak memuat kisah perjalanan Mbak Oki bertemu dengan saudara
muslim kita di belahan bumi Allah yang lain. Semoga Allah melimpahkan Rahmat
kepada mereka semua, Aaminn...
Mungkin sahabat semua sudah membaca buku ini dan sudah membelinya. Tapi
aku sangat tertarik untuk berbagi apa yang telah aku dapatkan. Buku ini
membuatku kembali berfikir tentang stigma negatif negara Barat. Apa yang selama
ini hanya ku ketahui lewat media, tidak sepenuhnya menggambarkan orang –orang
yang ada disana.
Hidup di negara mayoritas muslim
memang enak. Hidup dan terlahir sebagai seorang muslim adalah sebuah anugerah
dari Allah yang patut kita syukuri. Kenapa ? karena jika kita terlahir sebagai
non-muslim, mungkin kita tak semudah mereka dalam menggapai hidayah. Karena
sejatinya hidayah hanya datang pada orang-orang yang memang membuka diri untuk
belajar dan menjemput hidayah itu.
Di Indonesia sendiri, muslim leluasa
untuk beribadah, adzan bergema di mana-mana, dan bebas menyampaikan
pendapatnya. Tidak dengan saudara kita yang minoritas di negara Barat. Stigma
negatif yang selama ini di beritakan media selalu saja menyudutkan Islam. Jika
ada pembunuhan yang dilakukan orang Islam, sudah pasti stigma ini akan melekat
pada semua muslim. Berbeda dengan non-muslim yang melakukan kejahatan.
Islamophobia adalah salah satu
penyebab banyak saudara-saudara kita dikucilkan di negara minoritas. Sedih,
sudah tentu. Tapi, semakin banyak yang membenci Islam, semakin banyak juga
orang yang penasaran dengan Islam itu sendiri. Tak sedikit dari mereka yang
menelusuri Islam melalui buku rujukan-rujukan yang ada. Mereka mendalami
seperti apa Islam sebenarnya. Kemudian mereka hanyut dengan Islam dan meyakini
kebenaran agama ini.
Lalu mereka pun mengikrarkan
syahadat setelah belajar dan memahaminya. Tak berbeda dengan kita di Indonesia.
Sejak kecil kita lahir sebagai Islam, tinggal di lingkungan Islam dan belajar
Islam sejak kecil. Tak sedikit dari kita yang sekolah sore di Taman Quran untuk
menambah wawasan keilmuan. Namun, apa yang telah kita dapat sudah memberi
manfaat ? Apa kontribusi kita terhadap Islam ? Apakah kita benar-benar memahami
Islam dengan sepenuh hati ? ini yang ku tanyakan pada diriku sendiri. Aku malu
melihat saudara-saudara kita yang berjuang melaksanakan segala perintah-Nya.
Mereka melakukan ibadah karena mereka merasa butuh dengan itu. Mereka melakukan
shalat, membaca Alquran dan lainnya semata-mata hanya mengharap ridho Allah.
Lalu bagaimana dengan kita yang telah diberi Allah kemudahan ? Masihkah kita
sholat hanya untuk mengugurkan kewajiban semata ? Sungguh malu diri ini ya
Allah.
Muslim minoritas di Barat tidak
dipandang begitu baik disana. Tidak banyak hal yang memfasilitasi mereka
beribadah. Mereka dikucilkan dengan pakaian dan hijabnya. Sedangkan kita dapat
leluasa menggunakan hijab bahkan cadar. Masjid yang letaknya berdekatan dan
bertebaran dimana-mana. Kita mudah untuk melakukan ritual-ritual ibadah kita
sehari-hari, namun kita masih terlena dengan dunia. Disana, ada anak yang
bahkan dikucilkan keluarganya karena menggunakan hijab. Ada anak yang tidak
dianggap oleh ayahnya karena berikrar dengan Islam. Tetapi mereka tetap teguh dalam
Islam.
Di dalam buku ini aku sangat
tertarik dengan Islam di Jerman. Negara yang sangat menjunjung tinggi kebebasan
beragama. Mereka adalah negara yang sangat ramah terhaap imigran, namun tak
jarang ada penduduk yang tidak suka dengan Islam, karena notabene imigran
berasal dari daerah konflik di Arab. Di Jerman pemerintah menyediakan fasilitas
bagi para pendatang. Mereka diberi tempat tinggal dan uang saku, meski tidak
sebanyak pekerja. Namun itu cukup membantu. Masyarakat sekitar juga banyak yang
menjadi relawan untuk membantu para imigran untuk bertahan hidup dan
bersosialisasi dengan penduduk lokal. Para relawan mengajarkan bahasa dan
keahlian-keahlian yang dapat membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak
sedikit dari relawan adalah seorang non-muslim, namun ada dua wanita musliman
berhijab yang jug menjadi relawan disana. Sungguh takjub dengan jiwa sosial
mereka. Meskipun tidak jarang ada imigran yang tidak ingin anak perempuannya
diajar dengan laki-laki dan tak jarang mereka terlambat atau bahkan tidak
datang untuk belajar. Jerman adalah kota yang sangat disiplin. Mereka sangat
tertutup dan tidak suka basa basi. Mereka sangat menghargai waktu. Semoga ini menjadi pembelajaran bagi ku dan kita semua
Wasaalamu'alaikum...
Komentar
Posting Komentar